Artikel

6/recent/ticker-posts

Duck Syndrome Fenomena Mahasiswa Masa Kini

 


Duck syndrome atau sindrom bebek kerap menggambarkan keadaan mahasiswa saat ini, duck syndrome pertama kali dikemukakan di Stanford University, Amerika Serikat untuk menggambarkan persoalan yang terjadi direngah mahasiswanya. Istilah ini menganalogikan bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak, agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air.

Hal tersebut di gambarkan dengan situasi seseorang yang terlihat tenang dan baik-baik saja, akan tetapi mengalami banyak tekanan, stres serta kepanikan dalam mencapai tujuan dalam hidupnya, seperti harus memenuhi ekspetasi orang tua dan lain sebagainya. Walau demikian penderita duck syndrome masih dapat produktif dan beraktivitas dengan baik disebabkan ketahanan yang cukup baik, disisi lan penderita duck syndrome juga beresiko untuk mengalami masalah kejiwaan tertentu seperti depresi.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko penderita duck syndrome antara lain :

Tuntutan Akademik

Tuntutan akademik di lingkungan sekolah atau universitas kerap membuat seseorang harus berjuang untuk meraih ekspetasi yang diharapkan, namun tidak jarang ketika merasa gagal seseorang akan terus berjuang  walau merasa tertekan dan mengalami ganguan kecemasan yang berlebih.

Ekspetasi Orang Tua

Seorang anak akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi ekspetasi orang tuanya, hal ini kerap membuat anak selalu dihantui rasa takut jika tidak bisa memenuhi ekspetasi tersbut, tidak jarang hal ini dapat menimbulkan depresi bagi anak.

Pola Asuh Helikopter

Pola asuh dengan pengawasan orang tua yang menyeluruh sering membuat anak merasa terkekang, seharusnya anak diberi kepercayaan serta sedikit kebebasan untuk mengeksplor kemampuan dirinya. Anank-anak yang berada dibawah pola asuh seperti ini sering terlihat tenang namun sering merasa tertekan.

Pengaruh Media Sosial

Media sosial pastinya memiliki dampak yang positif ataupun negatif, salah satu dampak negatifnya adalah dengan media sosial seseorang sering membandingkan hidup serta pencapaian orang lain dengan pencapaian dirinya. Secara tidak langsung hal ini dapat menggangu mental seseorang, tertertekan dan dapat sering merasa cemas.

Perfeksionis

Keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi di berbagai aspek merupakan salah satu yang menyebabkan resiko duck syndrome, seseorang akan melakukan apapun untuk mencapai kesempurnaan bahkan tanpa memerhatikan kesenangan dan kenyamanannya.

Self-Esteem yang Rendah

self-esteem bisa didefinisikan sebagai seberapa besar seseorang dapat menghargai dan menyukai diri sendiri, terlepas dari kondisi yang dialami.

Ada beberapa hal yang dapat di lakukan untuk mengatasi duck syndrome seperti melakukan konseling denga pembimbing akademik disekolah atau dikampus, mengenali kapasistas dan kemampuan diri, belajar untuk mencintai dan menghargai diri sendiri, jalani gaya hidup yang sehat dan berpikir positif, selalu luangkan waktu untu me-time guna mencegah stress, dan jauhi media sosial untuk beberapa waktu, Hal-hal tersebut dapat dilakukan untuk mengurangi resiko duck syndrome.

Post a Comment

0 Comments