Kata kontekstual
(contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana
dan keadaan”. (KUBI, 2002:519). Sehingga konntekstual dapat diartikan sebagai
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Kontekstual adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata,
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Konteksual menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Menurut Depdiknas
(2003:5) “kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010:253) “kontekstual adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka”.
Dari konsep tersebut
ada tiga hal yang harus dipahami dalam model pembelajaran kontekstual, yaitu
sebagai berikut :
1. Pembelajaran kontekstual menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
pembelajaran diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran.
2.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa
agar menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinyaakan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
3.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian
peneliti dapat menyimpulkan bahwa Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan
konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan
nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih
baik dan mudah. Dalam pembelajaran kontekstual, guru mengkaitkan konteks dalam kerangka pembelajarannya guna
meningkatkan makna belajar bagi siswa. Selain itu siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman disekolah dengan kehidupan nyata, bukan
saja berarti materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan
Karakteristik Proses Pembelajaran
Kontekstual
Menurut Wina Sandjaya
(2010:254), terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu :
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh dan memiliki keterkaitan satu sama
lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah
belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan.
0 Comments