Artikel

6/recent/ticker-posts

Aplikasi Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran

Dalam geometri, model penemuan terbimbing dapat digunakan dalam pembelajaran materi Teorema Pythagoras (“kuadrat hipotenusa segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisinya”). Seperti diketahui, dalam sejarah pengembangan matematika, Pythagoras menemukan teori ini melalui beberapa kegiatan pengamatan dan pengukuran (Bell, 1981 :244). Langkah-langkah Pythagoras dalam menemukan teori ini dapat diadaptasi sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga dapat digunakan sebagai metode dalam pembelajaran disekolah. Siswa diajak melakukan serangkaian kegiatan sehingga ia merasa benar-benar sebagai penemu teori tersebut.
Aplikasi metode penemuan terbimbing di sekolah dapat dilihat pada pembelajaran “penemuan jumlah ketiga sudut sebuah segitiga dengan cara menggunting  ketiga daerah sudutnya dan menyusunnya kembali” dan “pengertian diagonal dan penentuan banyak diagonal suatu poligon dengan menggunakan papan berpaku dan karet gelang” (Marks, 1988: 15-122). Pada kedua pembelajaran tersebut, siswa melakukan pengamatan, mengorganisasikan hasil pengamatan, membuat dugaan , dan mengujinya. Dugaan atau hasil temuan siswa dapat berupa aturan-aturan, pola-pola, hubungan-hubungan, atau cara menyelesaikan suatu hal dalam geometri di sekolah dasar tidak mengharuskan siswa menemukan suatu konsep atau prinsip geometri yang standar (seperti yang ditemukan oleh seorang ahli) tetapi kalau disekolah menengah dituntut harus menemukan konsepnya. Pada pembelajaran penemuan, siswa sebagai penemu sesuatu yang belum diketahuinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika khususnya geometri adalah suatu model pembelajaran yang menhendaki siswa menemukan  ide-ide dalam geometri misalnya aturan, pola, hubungan, atau cara menyelesaikan suatu masalah melalui keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran yang didasarkan pada serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. Yang dimaksud keterlibatan secara aktif dapat berupa kegiatan mengadakn percobaan/penemuan sebelum membuat kesimpulan, atau memanipulasi, membuat struktur, dan mentransfer informasi sehingga menemukan informasi baru yang berupa kebenaran matematika. Selama proses penemuan, siswa mendapat bimbingan guru baik berupa petunjuk secara lisan maupun petunjuk tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja siswa. Guru menciptakan lingkungan atau cara yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Pemberian bimbingan dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian pada tugas yang sedang dihadapi, mengurangi pemborosan waktu, dan menghindari kegagalan proses penemuan.

Post a Comment

0 Comments