Artikel

6/recent/ticker-posts

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Peningkatan Motivasi Belajar


Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode ataupun teknik pengajaran.  Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik. Tuti S. & Udin S. ( 1996: 78) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencankan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian pembelajaran merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.  
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Departemen Pendidikan Nasional,2004, buku 3, MTK-26: 4). Contoh : model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran langsung. Semua model pembelajaran ditandai dengan tiga struktur, yaitu: Struktur tugas, Struktur tujuan, dan Struktur penghargaan 
Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pedagogi John Dewey  (dalam Ibrahim, et.al. 2000: 13)  yang mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Setelah itu, Herbert Thelan  (dalam Ibrahim,  et.al. 2000:  13) mengembangkan prosedur untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok, yang menjadi dasar konseptual pengembangan pembelajaran kooperatif masa sekarang. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama  pada tugas , dan mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapannya setiap individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat mencapai hasil yang maksimal, bila menerapkan empat unsur dasar model pembelajaran kooperatif. (Nurhadi ,dkk., 2003: 60).  Empat unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :  Saling ketergantungan positif, Interaksi tatap muka, Akuntabilitas individual, dan Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Tujuan penting  dari pembelajaran kooperatif, meliputi:  Hasil belajar akademik,  Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan Pengembangan Keterampilan Sosial. Dalam pengajaran kooperatif diperlukan tugas perencanaan dan keputusan yang  dibutuhkan oleh guru,  misalnya : memilih pendekatan yang tepat, memilih materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa , mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat duduk yang akan digunakan. Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai dengan langka guru Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Menyajikan informasi,Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, Evaluasi, dan Memberikan penghargaan Pentingnya pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi, dkk (2003 : 62  – 63) diantaranya untuk memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong,  meningkatkan motivasi belajar intrinsik, dan meningkatkan sikap positif  terhadap belajar dan pengalaman belajar.   
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
 STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang dikembangkan oleh

Robert Slavin di Universitas John Hopkin, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas. Slavin (1995:71) menjelaskan bahwa STAD telah digunakan secara luas seperti pada pelajaran Matematika, seni bahasa, ilmu-ilmu sosial dan sains. Slavin  membagi Pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi lima komponen utama yaitu Presentasi kelas (Class Presentations), belajar kelompok (teams), kuis (quizzes), peningkatan skor individu (individual improvement scores), dan penghargaan kelompok (team recognition). STAD terdiri dari siklus kegiatan pembelajaran yang teratur,  menurut Slavin (1995 : 76 – 82) sebagai berikut :  Guru meyajikan pelajaran kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Waktu 1 sampai 2 jam pelajaran, meliputi pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing. Siswa dalam satu kelas tertentu dibentuk menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang secara heterogen baik kemampuan akademik, ras, suku, budaya,jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda, mengerjakan lembar kegiatan siswa.. Guru menekankan kepada siswa bahwa mereka belum selesai belajar, sampai mereka yakin teman-teman  satu kelompoknya  sudah menguasai materi diskusi. Mintalah semua anggota kelompok untuk membantu sebelum bertanya kepada guru. Sementara siswa  bekerja dalam kelompok, guru  berkeliling dalam kelas, dan sebaiknya guru memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik. Secara individu setiap satu atau dua presentasi guru, siswa diberi kuis  dengan tujuan untuk mengevalusi siswa selama belajar.. Waktu 1/2 sampai 1 jam pelajaran..  Slavin (1995: 80) menjelaskan bahwa siswa memperoleh skor peningkatan untuk kelompok berdasarkan pada tingkat dimana nilai kuis mereka (persentase jawaban benar) melebihi skor dasar mereka. 

Post a Comment

0 Comments