Artikel

6/recent/ticker-posts

Karya-karya al-Khawarizmi


Al-Khawarizmi menulis banyak buku dan berhasil menyelami banyak ilmu pengetahuan. Di antara karya-karya terpentingnya adalah:
   a.  Buku Al-Jabr wal Muqaabalah. Salah satu buku yang paling terkenal dan terpenting yang pernah ditulis dalam bidang matematika sepanjang sejarah pemikiran, peradaban dan pengetahuan bangsa Arab. Pada lembaran-lembaran berikutnya akan dipaparkan sedikit mengenai buku ini.
    b.   Kitab al-jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of Addition and Subtraction by the Method of Calculation). Karya ini dikenal pelajaran pertama yang ditulis dengan menggunakan sistem bilangan desimal, merupakan titik awal pengembangan matematika dan sains. Pelajar di Eropa mengaitkan Al-Khwarizmi dengan ‘new aritmetic’ yang akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab dikenal dengan istilah ’algorism’ atau ’algorithm’.

       Hasil karya Al-Khwarizmi menjadi penting karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9,0 dan pola nilai-penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang diperlukan dalam bekerja denga menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar.
Al Khawarizmi adalah orang pertama memperkenalkan angka 0 (nol) dalam dunia ilmu pengetahuan (bilangan/hitungan). Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia yang memperkenalkan angka nol sebagai suatu bilangan dalam ranah ilmu pengetahuan. ‘Kosong’, atau 0, bukan sebarang angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik dan sains moden. Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun kesembilan. Angka 0 baru diperkenalkan di Eropah pada awal abad ke-13, dibawa oleh pemikir Itali, Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya popularnya Liber Abaci. Sifar adalah kata arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga membentuk perkataan cipher dalam bahasa Inggeris yang membawa masud “tiada apa-apa”, “simbol”, “kod” atau “mesej rahsia”.
Diantara serangkaian notasi bilangan Arab yang diperkenalkan Al-Khwarizmi, tidak terlalu signifikan dibanding notasi nol digit. Tanpa keberadaan bilangan nol tabel-tabel yang memiliki kolom dalam satuan puluhan, ratusan dan selanjutnya diperlukan untuk menempatkan satu satuan bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk lingkaran kecil ini sebenarnya merupakan salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga membuka jalan bagi konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam aljabar.
c.       Shuuratul Ardh adalah buku geografi. Ketika menulisnya, al-Khawarizmi bergantung pada geografi versi Bethlumus[1] dengan beberapa perluasan dan penambahan. Lebih khususnya mengenai peta. Sinopsis buku ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 1926 M dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1932 M.
d.      Taqwiimul Buldaan  adalah buku lainnya dalam bidang geografi. Dalam penulisan buku ini,enjelaskan pendapat-pendapat Bethlumus dengan sangat detail. Dalam penulisan bukunya ini,  al-Khawarizmi ia berpijak pada buku sebelumnya, yakni Shuuratul Ardh. Dengan bukunya kali ini, al-Khawarizmi dianggap sebagai pembaharu terhadap teori-teori Bethlumus. Salah seorang pakar sejarah asal Eropa pernah berkomentar tentang buku ini, “Buku Taqwiimul Buldaan tidak bisa hanya dianggap hanya mengekor pada teori-teori Yunani kuno saja, tetapi ia juga merupakan kajian baru yang independen dalam bidang geografi dan tidak kalah pentingnya dengan kajian ataupun penulis Eropa lainnya yang mengarang geografi pada masa itu.”
Berkenaan dengan ini, perlu diingat bahwa penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti mengisyaratkan bahwaal-Khawarizmi termasuk salah seorang yang ditugaskan oleh khalifah al-ma’mun untuk mengukur derajat kebulatan bumi. Al-Khawarizmi telah melakukan hitungan-hitungannya dan mendapat kesimpulan bahwa garis tengah maksimal bumi mencapai 40.248 km atau lebih banyak 178 km dari ukuran yang kita kenal sekarang yang hanya mencapai 40.070 km dengan dibandingkan hasil perkiraan Bethumulus yang mencapai 38.340 km atau kurang 1.730 km dari ukran sekarang. Hasil hitungan ini memuktikan betapa jelinya hitungan al-Khawarizmi dan kepandaiannya dalam memantau besaran bumi, serta kedekatnnya dengan kenyataan yang sebenarnyadibandingkan tokoh-tokoh sebelumnya.


Post a Comment

0 Comments