Artikel

6/recent/ticker-posts

Penyebab Rendahnya Kualitas Guru

1.      Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Guru
Ada beberapa penyebab yang berdampak pada rendahnya kualitas guru/pendidik, antara lain sebagai berikut:
a.       Perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan tingkat jabatan
Berhasil tidaknya seorang guru dalam mengajar tergantung pada pandangan terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Kemampuan menerapkan bahan-bahan pelajaran tidak terikat pada buku pelajaran dan metode tertentu. Tetapi juga bahan-bahan itu harus disesuaikan dengan keadaan dan tempat serta latar belakang perkembangan anak.
Jadi latarbelakang pendidikan dan kemampuan guru dalam jabatan untuk melihat tugas, bukan hanya bahan, buku pelajaran, metode dan alat-alat saja yang harus dipersiapkan oleh seorang pendidik, tetapi guru juga harus memiliki relasi antara guru dan murid yang terletak dibalik proses belajar mengajar itu sendiri. Pengetahuan, keterampilan dan sikap menghayati tugas dan tanggung jawab guru seperti yang disebutkan diatas merupakan salah satu pokok masalah yang perlu diperdalam oleh para guru.
b.      Sikap acuh/tidak peduli
Sikap acuh/tidak peduli yang di tunjukkan seorang pendidik contohnya ialah masalah ketidakhadiran guru pada jam yang telah ditentukan. Pada saat sekarang ini biasanya sebab-sebab ketidakhadiran itu bermacam-macam. Misalnya, dikarenakan hal-hal kecil seperti malas, lebih mengutamakan hal pribadi dan lain sebagainya.
Kurangnya persiapan bahan ajar juga merupakan sikap acuh pendidik terhadap perkembangan pengetahuan sisiwa. Sebelum suatu bahan ajar disampaikan pada siswa, tentunya gagasan tersebut telah ada dan sangat dipahami dalam alam pikir seorang guru. Kegiatan awal guru ialah merancang apa-apa yang akan di sajikannya.[1] Oleh karena itu lah keberhasilan proses belajar mengajar memerlukan keterampilan guru dalam berbicara di depan kelas.
Seorang guru juga harus memiliki strategi pengajaran seperti penetapan komponen-komnponen utama agar penyajiannya dapat mencapai sasaran dan mampu dipahami siswa dengan baik.
c.       Gaji guru
Secara kualitatif adalah sangat riskan bagi pembangunan bangsa, jika gaji guru sangat rendah sehingga memaksa mereka juga pegawai negeri di instansi lainnya untuk mencari pendapatan tambahan,sekedar untuk dapat bertahan hidup. Dengan gaji yang rendah, guru tidak memiliki motivasi mengajar yang memadai dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang berat. Dampaknya dapat kita lihat dari rendanhya mutu pendidikan.[2]
Hal ini membuat seorang pendidik tidak hanya terfokus pada satu pekerjaan saja, akan tetapi ia harus mampu membagi waktu antara profesinya sebagai guru dengan pekerjaan sampingannya. Sehingga pendidik kurang mempersiapkan bahan ajar  yang akan ia sampaikan pada murid-muridnya dan ia tidak memahami keseluruhan dari materi yang telah ditentukan dalam kurikulum.


d.      Gagap beradaptasi
Kualitas guru-guru di Indonesia seperti ”hidup segan mati tak mau” dan pada saat ini kualitas guru berada dalam titik ”rendah”. Para guru tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan fenomena sosial kemasyarakatan, tetapi  juga terjebak dalam kebiasaan menjadi ”robot” kurikulum pendidikan.
Gagap beradaptasi juga dapat dikatakan sebagai faktor penyebab rendahnya kualitas guru dikarenakan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan siswa-siswanya.
Untuk mempermudah seorang pendidik beradaptasi dengan siswa-siswanya, hendaknya ia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Suka membantu ddalam pekerjaan sekolah, memberi tugas yang jelaas tentang pelajaran dengan menggunakan contoh sebelunya.
2.      Gembira riang
3.      Suka betrteman dengan murid/ramah
4.      Mempunyai minat terhadap murid dan mampu memahami murid-muridnya.
5.      Mewmbangkitkan minat untuk belajar
6.      Menjadikan mata pelajarannya sebagai pelajaran yang mudah dan di sukai siswa
7.      Tegas
8.      Adil
9.      Tidak marah-marah[3]




[1]. Soekartawi,dkk. Meningkatkan Rancangan Instruksional. PT RajaGrafindo Persad.  Jakarta . 1995, hal 54
[2] Uwe Schippers. Pendidikan Kejuruan Di Indonesia. Angkasa. Bandung: 1994, hal. 7
[3] H. C. Witherington. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. Jemmars. Bandung. 1982, hal. 134
Doly, M. (2015). Penerapan Strategi Instan Asessment untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa AMP Al Hidayah Medan TP 2013/2014. Jurnal EduTech, 1(1), 3.

Post a Comment

0 Comments