Bilangan sejak pertamakali digunakan hanyalah untuk menghitung dan
mengingat jumlah. Lambat laun, setelah para ahli matematika menambah
perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan,
bahasa matematimatika ini menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan
kehidupan. Bilangan selalu hadir dan dibutuhkan dalam sains, teknologi, dan
ekonomi bahkan dalam dunia musik, filosofi, dan hiburan.
Dahulu kala, ketika orang primitif hidup di gua-gua dengan mengandalkan
makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali
makan, kehadiran bilangan, hitung-menghitung, atau matematika tidaklah selalu
dibutuhkan. Tetapi, setelah mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka
harus menghitung berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau
berapa banyak persediaan makanan saat ini, mulailah mereka membutuhkan dan
menggunakan hitung menghitung.
Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak
untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua kelompok
kupu-kupu yang berbeda, mereka hanya bisa membandingkan banyak sedikitnya kedua
kelompok kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang
atau milik orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal dan belajar
perhitungan sederhana.
Mula-mula, kita manusia menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali,
menggunakan jari-jemari, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan
kawanannya atau anggoata keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar
pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berpikir tentang bilangan
dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua
buah. Misalnya, terdapat dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya kata
"dua" dilambangkan dengan "2".
Karena menyatakan bilangan dengan menggunakan kerikil, ranting, atau jari
dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir untuk menggambarkan
bilangan itu dalam suatu lambang-lambang. Lambang (simbol) untuk menulis sebuah
bilangan disebut angka. Misalnya, orang Babilonia mengembangkan tulisan kuno
berbentuk baji, yang menggambarkan lambang-lambang berbeda, menyerupai tongkat
yang ujungnya tajam pada tanah liat basah yang dibentuk menjadi bata merah.
Sejarah perkembangan bilangan selanjutnya dilakukan terus-menerus oleh
beberapa bangsa, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Pada 500 tahun SM, bangsa Maya di Amerika mengembangkan penulisan lambang
bilangan (angka) yang menggunakan lambang-lambang pokok.
2.
Orang-orang Mesir kuno (Egypt) menggunakan Hieroglif untuk menuliskan
bilangan-bilangan.
3.
Pada abad ke-11, bangsa Arab menulis lambang bilangan (angka) dari angka 1
sampi dengan 9 seperti yang ada dan terus dipakai sampai saat ini oleh
orang-orang Islam di seluruh dunia.
4.
Bangsa Yunani Kuno menulis bilangan dengan menggunakan huruf abjad yang
mereka pakai dalam menulis ditambah tiga lambang khusus.
5.
Bangsa Cina Kuno, mereka menulis bilangan dengan membuat garis-garis
seperti batang.
6.
Bangasa Romawi menggunakan angka-angka sebagai sistem bilangan Romawi
berbentuk huruf-huruf. Angka Romawi ini masih dipergunakan hingga saat ini
untuk penulisan nomor bab dalam beberapa buku atau karya ilmiah.
7.
Perkembangan selanjutnya, angka Hindu - Arab Kuno ditemukan dalam manuskrip
Spanyol abad X dan menjadi cikal bakal bagi angka-angka yang dipakai sekarang
ini.
0 Comments